Rabu, 28 Sya'ban 1444 H / 22 Maret 2023

Ujian Berupa Penyakit

Beberapa tahun lalu, cobaan berat bagi keluargaku. Untuk beberapa tahun tersebut, kedua anak dan saya sering “menginap” di rumah sakit. Tahun itu antara tahun 2005 hingga tahun 2008 adalah masa ujian dari Allah Swt. Kedua anak saya dalam satu tahunnya, bergantian dirawat di rumah sakit, karena berbagai penyakit.

Ada saat dimana baru anak yang kedua keluar dari rumah sakit, maka menyusul anak yang pertama. Baru anak pertama keluar, maka menyusul anak yang ketiga. Kadang bahkan anak pertama dan kedua berbarengan masuk perawatan karena terserang gejala demam berdarah. Kedua anakku ini pernah dua kali masuk bareng, yang terakhir karena benar-benar terserang penyakit demam berdarah.

Bila saya tidak bersandar pada sang Kuasa, mungkin saya akan menyalahkan takdir. Penyakit yang tak berhenti menyerang anak-anak kami, sementara di lingkungan kami, terlihat sehat-sehat saja. Kadang ada candaan untuk kami, tentang bagaimana rumah sakit adalah rumah kedua anak-anak kami. Berbagai komentar yang dilontarkan, walau kadang saya harus banyak berlindung kepada pemilik hati karena sapaan yang menghujam jantung.

Tentu banyak juga tetangga yang turut prihatin melihat kondisi kami, bila dibandingkan yang tak tahu makna “penderitaan” kami saat itu. Tapi apapun yang mereka berikan, saya hanya menerima dengan lapang dada. Karena siapa sih yang ingin sakit? Saya hanya berdo’a semoga yang menjambangi kami dengan kata-kata bertabur kepedihan, tidak mengalami apa yang kami rasakan.

Beberapa hal saya telaah. Mulai dari zakat, kemudian sadaqah atau pun mungkin ada hal lainnya yang belum kami tunaikan. Masa-masa kabut itu betul-betul membuatku harus pandai mencari celah, dimana kebocoran yang tidak kami ketahui.

Ternyata ada sebuah perasaan, yaitu tak ada kekhawatiran bila kami “harus” sakit. Karena begitu kami dikunjungi penyakit, maka perusahaan tempat suami bekerja akan menanggung semua biaya. Hingga biaya rawat inap rumah sakit yang tanpa batas.

Fasilitas yang ada, membuatku lupa diri ( walau tidak saya sadari ). Lupa bahwa bagaimanapun cara pengobatan maupun obat yang diminum, tetap saja itu tidak menjamin sebuah kesembuhan. Saya tidak menyadari, semacam ada sebuah ketergantungan pada dokter untuk mengobati penyakit yang kami derita.

Karena setiap sakit, maka langkah pertama yang dilakukan pastilah “menjenguk” dokter. Kadang pontang-panting, begitu sakit mengunjungi kami. Semakin lama, rasanya penyakit semakin sering berkunjung di keluargaku. Hingga saya merasakan ada “sesuatu” yang salah telah terjadi di keluargaku.

Sesuatu yang salah itu ternyata adanya terletak di “hati”. Karena secara tidak langsung mengabaikan sifat Maha Menyembuhkan yang dipunyai oleh Allah Swt. Karena apabila sakit, maka yang pertama kali diingat hanya dokter. Dokter seperti menjadi dewa penyembuh yang selalu diharapkan bantuannya.

Setelah menyadari apa yang sebenarnya terjadi, membuat hati saya lebih tenang. Karena saya akhirnya mengetahui dimana sumber penyebabnya. Hingga saat sakit mengunjungi kami kembali, saya akhirnya banyak berdo’a kepada-Nya untuk memohon kesembuhan dari-Nya, tanpa dibayangi keyakinan yang lain.

Walau kesadaran itu telah ada, dan mulai menerangi hatiku tapi Allah tidak menghentikan cobaannya. Sang Maha Kuasa tetap memberikan kami ujian berupa penyakit. Semakin saya bersandar, maka anak-anak selalu sakit.

Tapi alhamdulillah, karena sudah mengerti bahwa apa yang selama ini terpatri di hatiku tentang arti sebuah kesembuhan, maka saat anak-anak kurang sehat, saya tidak merasakan sebuah “angin topan” menyerang. Berkunjung ke dokter tetap saya lakukan, tapi disertai dengan berharap penuh kepada Allah Swt. Karena saya tahu bahwa dokter hanyalah sebuah usaha untuk menuju kesembuhan, tapi bukan dia yang menyembuhkan.

Maha Suci Allah. Buah dari ujian yang diberikan Allah Swt memang manis. Karena Allah Swt. memberikan perasaan tenang dalam menyikapi ujian sakit tersebut. Hingga akhirnya tahun 2010 ini, Allah memberikan saya jalan untuk bergabung pada sebuah MLM yang berbasis syariah, dimana didalamnya banyak diberikan pelajaran tentang Thibbun Nabawi. Hingga ilmu yang saya dapatkan ( walau baru sedikit ) dapat bermanfaat bagi diri maupun lingkungan sekitar.

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” ( QS : Al-Insyirah-8 )

Sengata, 10 Juni 2010

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

[email protected]

Ikuti update terbaru di Channel Telegram Eramuslim. Klik di Sini!!!

loading...

Rekomendasi

Berislam Secara Kaffah (3)

Rabu, 07/07/2010 10:09

Semoga Yang Terakhir

Rabu, 27/05/2009 15:43

Ada Apa Kolom Agama di KTP?

Jumat, 28/11/2014 09:50

Pengucapan Lafal Sayyidina

Jumat, 14/11/2014 07:03

Menyentuh Wanita Setelah Wudhu

Jumat, 10/08/2007 09:43

Melihat Dengan "Kaca Mata" Hikmah

Minggu, 23/05/2010 15:34

Bisnis Setelah Pensiun

Rabu, 19/11/2008 16:14

Baca Juga

Maafkanku Mama

Kamis, 10/06/2010 14:32

Allah Maha Melihat

Kamis, 10/06/2010 06:14

21 Tahun

Rabu, 09/06/2010 13:51

Gaza Dan Senyuman Ainul Mardhiah !

Rabu, 09/06/2010 05:55

Untuk Perjuangan Yang Tak Kenal Usai

Selasa, 08/06/2010 14:09

Sudahkah Anda Berzakat Bulan Ini?

Selasa, 08/06/2010 06:08

Oase Iman Lainnya

Trending